Loading...
link : Keberadaan Perawat Bagaikan Masker Kain
Keberadaan Perawat Bagaikan Masker Kain
Loading...
Medianers ~ Keberadaan masker bedah (surgical) sebelum mewabahnya Covid-19 dianggap biasa-biasa saja. Mendapatkan masker bedah terbilang mudah, harga pun tak mahal. Satu kali shift dinas bisa saja seorang petugas mengunakan 1 hingga 3 masker. Situasi demikian telah berubah, saat ini masker bedah sangat berharga, 1 masker bisa digunakan berulang kali.
Sehingga untuk menutupi kebutuhan masker surgical ini, dibuatlah masker kain, dan diproduksi massal untuk masyarakat. Produksi rumahan pun bisa menjual bebas. Namun, masker kain tidak bisa menggantikan keberadaan masker surgical di layanan kesehatan. Kalau pun digunakan, itu tidak sesuai standar.
Hukum ekonomi berlaku, bila suatu barang langka dipasaran, maka harganya akan melambung tinggi, dan konsumen akan berhemat menggunakannya. Begitu sebaliknya, jika yang memproduksi banyak, maka harganya menjadi murah. Demikian benarlah yang terjadi saat ini. Masker surgical sangat dibutuhkan oleh penggunanya, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik. Tanpa masker surgical, maka petugas layanan kesehatan rawan terinfeksi penyakit menular.
Manakala, belajar hikmah hidup dari keberadaan masker ini, maka bisa dikaitkan dengan keberadaan Perawat dewasa ini di Indonesia. Lulusan Perawat nyaris setiap tahun diproduksi oleh kampus kesehatan. Dan, tamatannya mulai banyak menyandang status pengangguran. Akhirnya, Perawat yang telah bekerja atau yang akan diterima kerja di sebuah instansi harus rela diupah murah.
Karena pilihan banyak. Ketika seorang Perawat Ingin menawarkan jasa profesionalnya dengan harga layak, maka Perawat lainnya siap mengambil posisi itu dengan harga di bawah layak, yang penting dapat kerja dulu. Hal itu, yang terjadi saat ini. Selain itu, Perawat juga berada di posisi lemah. Sangat gampang diacak-acak oleh profesi lain, karena penggantinya banyak.
Pada tahun 2017, Nusron Wahid Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pernah mengatakan pada wartawan murianews.com, “tiap tahun, lulusan perawat baru mencapai jumlahnya 43.150 orang. Sedangkan, yang terserap dan mendapatkan kerja hanya 15 ribu, dengan jumlah maksimal. Jadi, rata-rata tiap tahun 28 ribu nganggur,” katanya.
Nusron Wahid pun menambahkan, " saking banyaknya yang nganggur, membuat mereka kurang sejahtera. Terlihat dari lulusan Perawat yang akhirnya menjadi tenaga honorer, dengan gaji seadanya, serta ada yang bertahan menjadi pengangguran," tambahnya. Sementara itu, serapan lulusan Perawat ke luar negri juga tidak banyak, kalah bersaing dengan Perawat asal negara lain.
Pertanyaanya, kapan keberadaan Perawat seperti masker surgical? Yang sangat dibutuhkan? Dan, kualitasnya tidak bisa digantikan ? Sehingga perusahaan yang akan menggunakan jasanya rela mengeluarkan sumber daya apa pun untuk mendapatkannya? Jawabnya jelas seperti situasi yang terjadi saat ini, masker surgical menjaga kualitasnya dan dibuat langka. Sedangkan masker kain dibuat mudah.
Jadi, maksudnya apa bila ingin keberadaan Perawat bisa dihargai, maka benahi dulu dari hulunya. Benahi dari cikal bakalnya, dari tempat produksinya. Kalau tidak, profesi Perawat akan dianggap biasa-biasa saja, seperti masker kain yang mudah didapatkan. Sementara itu, masker surgical terus menjaga kualitasnya, dan tidak diproduksi asal-asalan, juga pemasarannya dibuat langka. (Anton Wijaya)
Baca juga : Di Indonesia Perawat Honorer Bernasib Naas
Baca juga : Di Indonesia Perawat Honorer Bernasib Naas
Demikianlah Artikel Keberadaan Perawat Bagaikan Masker Kain
Sekianlah artikel Keberadaan Perawat Bagaikan Masker Kain kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Keberadaan Perawat Bagaikan Masker Kain dengan alamat link https://tugasbidancantik.blogspot.com/2020/06/keberadaan-perawat-bagaikan-masker-kain.html
Loading...
0 Response to "Keberadaan Perawat Bagaikan Masker Kain"
Post a Comment