Loading...
link : Selain Lemah Lembut, Perawat Dituntut Bermental Baja
Selain Lemah Lembut, Perawat Dituntut Bermental Baja
Loading...
Medianers ~ Modal utama sebagai Perawat adalah lemah dan lembut terhadap pasien dan keluarga, serta sesama sejawat dan tim kerja. Ini merupakan modal utama menjalin komunikasi terapeutik dan kerjasama.
Selain itu, Perawat bukan hanya dituntut bersikap lemah dan lembut saja, tapi juga bermental baja, harus berani, kuat dan tak menyerah dengan keadaan. Berani dalam arti mengambil keputusan cepat dan tepat dalam bertindak. Juga berani bersikap.
Misal, suatu ketika Perawat mendapati pasien kritis, henti nafas. Lalu memanggil bantuan tim kesehatan atau orang lain yang ada disekitar. Jelang bantuan datang, bagaimana Perawat bersikap? Inilah dimaksud harus berani sesuai standar prosedur yang berlaku.
Artinya, tidak mungkin menonton, tanpa memberikan pertolongan apa pun pada pasien, jelang bantuan datang. Kalau dibiarkan, sama saja membiarkan dijemput ajal. Cek nadi dan nafas, jika tidak ada respon tentunya Perawat akan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dengan cara Resusitasi Jantung Paru, (RJP).
Selanjutnya, suatu kala Perawat menemukan di jalan seseorang tergeletak di jalanan berlumuran darah, karena kecelakaan. Yang tak kuat melihat darah, barangkali akan mundur. Nah, ini seharusnya tak dilakukan Perawat, tapi mendekati orang yang butuh bantuan tersebut.
Menjadi Perawat, tentunya telah terlatih dengan situasi maupun kondisi gawat darurat. Sebab, saat menimba ilmu atau praktik di layanan kesehatan. Hal-hal menarik itu sering ditemui, apa lagi kalau sudah bekerja. Saban hari akan menyaksikan itu.
Seperti usus terburai karena dibacok, kepala bocor karena berkelahi, tulang kaki keluar karena tabrakan. Rahang bergeser karena kena pukul. Pasien sakratul maut, yang mengap-mengap mengambil nafas. Bahkan, pasien mabuk lalu marah-marah di IGD saat ditolong. Dan, macam-macam akan disaksikan saat bertugas di rumah sakit.
Menghadapi situasi pelik demikian, butuh mental kuat, dan wajib berani. Kalau tak terbiasa, maka yang melihat bisa saja pingsan atau mual atau ketakutan. Belum lagi mencium bau rumah sakit yang didominasi aroma lysol dan alkohol, buat pembersih lantai dan steril perabotan maupun alat-alat rumah sakit.
Bau amis, busuk dan anyir juga bisa menghilangkan mood, jika tak terbiasa. Sungguh luar biasa aromanya jika sempat mencium bau gangren diabetes mellitus, atau abses kronis. Bulu hidung bisa rontok kalau tidak terbiasa. Masker pun bisa ditembus oleh aromanya. Untuk merawat itu, butuh mental baja. Dan, keberanian.
Jadi, lemah dan lembut saja tidak cukup untuk menjadi seorang Perawat, tapi juga keberanian dan mental baja yang tidak dimiliki banyak orang. Berkecimpung dengan aroma busuk, bau anyir darah, situasi mencekam bukanlah sesuatu mengerikan. Tapi, sudah biasa bagi Perawat. (Anton Wijaya)
Selain itu, Perawat bukan hanya dituntut bersikap lemah dan lembut saja, tapi juga bermental baja, harus berani, kuat dan tak menyerah dengan keadaan. Berani dalam arti mengambil keputusan cepat dan tepat dalam bertindak. Juga berani bersikap.
Misal, suatu ketika Perawat mendapati pasien kritis, henti nafas. Lalu memanggil bantuan tim kesehatan atau orang lain yang ada disekitar. Jelang bantuan datang, bagaimana Perawat bersikap? Inilah dimaksud harus berani sesuai standar prosedur yang berlaku.
Artinya, tidak mungkin menonton, tanpa memberikan pertolongan apa pun pada pasien, jelang bantuan datang. Kalau dibiarkan, sama saja membiarkan dijemput ajal. Cek nadi dan nafas, jika tidak ada respon tentunya Perawat akan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dengan cara Resusitasi Jantung Paru, (RJP).
Selanjutnya, suatu kala Perawat menemukan di jalan seseorang tergeletak di jalanan berlumuran darah, karena kecelakaan. Yang tak kuat melihat darah, barangkali akan mundur. Nah, ini seharusnya tak dilakukan Perawat, tapi mendekati orang yang butuh bantuan tersebut.
Menjadi Perawat, tentunya telah terlatih dengan situasi maupun kondisi gawat darurat. Sebab, saat menimba ilmu atau praktik di layanan kesehatan. Hal-hal menarik itu sering ditemui, apa lagi kalau sudah bekerja. Saban hari akan menyaksikan itu.
Seperti usus terburai karena dibacok, kepala bocor karena berkelahi, tulang kaki keluar karena tabrakan. Rahang bergeser karena kena pukul. Pasien sakratul maut, yang mengap-mengap mengambil nafas. Bahkan, pasien mabuk lalu marah-marah di IGD saat ditolong. Dan, macam-macam akan disaksikan saat bertugas di rumah sakit.
Menghadapi situasi pelik demikian, butuh mental kuat, dan wajib berani. Kalau tak terbiasa, maka yang melihat bisa saja pingsan atau mual atau ketakutan. Belum lagi mencium bau rumah sakit yang didominasi aroma lysol dan alkohol, buat pembersih lantai dan steril perabotan maupun alat-alat rumah sakit.
Bau amis, busuk dan anyir juga bisa menghilangkan mood, jika tak terbiasa. Sungguh luar biasa aromanya jika sempat mencium bau gangren diabetes mellitus, atau abses kronis. Bulu hidung bisa rontok kalau tidak terbiasa. Masker pun bisa ditembus oleh aromanya. Untuk merawat itu, butuh mental baja. Dan, keberanian.
Jadi, lemah dan lembut saja tidak cukup untuk menjadi seorang Perawat, tapi juga keberanian dan mental baja yang tidak dimiliki banyak orang. Berkecimpung dengan aroma busuk, bau anyir darah, situasi mencekam bukanlah sesuatu mengerikan. Tapi, sudah biasa bagi Perawat. (Anton Wijaya)
Demikianlah Artikel Selain Lemah Lembut, Perawat Dituntut Bermental Baja
Sekianlah artikel Selain Lemah Lembut, Perawat Dituntut Bermental Baja kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Selain Lemah Lembut, Perawat Dituntut Bermental Baja dengan alamat link https://tugasbidancantik.blogspot.com/2020/06/selain-lemah-lembut-perawat-dituntut.html
Loading...
0 Response to "Selain Lemah Lembut, Perawat Dituntut Bermental Baja"
Post a Comment