Loading...
link : LP Mola Hidatidosa
LP Mola Hidatidosa
Loading...
Medianers - Laporan pendahuluan (LP) Mola Hidatidosa merupakan materi kuliah Keperawatan Maternitas tentang kehamilan, berikut teori dan konsep LP Mola Hidatidosa dirangkum dari berbagai sumber.
Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin, dan kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur . (Liliy Yulaikah. 2008 :90)
Mola Hidatidosa adalah perubahan abnormal dari vili korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, memperbesar uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG). (Persis Mary H. 1995: 104)
Mola hidatidosa adalah gangguan GTD (gestational trophoblastic disease) dimana pada gangguan ini, mekanisme yang mengendalikan jaringan trofoblastik mengalami kerusakan.
Sehingga menyebabkan vili korionik berkembang abnormal menjadi struktur berisi cairan yang menyerupai sekelompok anggur. (Carol J. Green , Judith M.Wilkinson. 2012 : 317)
Kesimpulan, Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG).
Mola Hidatidosa Komplit (Klasik)
Mola Hidatidosa komplit terjadi ketika sel telur yang kurang lengkap dan dibuahi oleh sperma haploid, biasanya mengandung kromosom X. duplikasi kromosom ini biasanya menghasilkan kariotipe 46, XX yang berasal dari ayah.
Tidak ada janin yang berkembang, tetapi ada plasenta yang abnormal terdiri dari massa jaringan seperti anggur, villi chorionic menggembung atau bengkak.
Secara klinis, mola hidatidosa lengkap dicurigai pada pasien dengan uterus lebih besar dari yang diharapkan unutk usia kehamilan normal, terdapat pendarahan vagina, level hCG berulang-ulang dan meningkat nyata.
Preeklamsia trimester pertama (kehamilan terkait hipertensi) dan kadang-kadang sebuah pembesaran ovarium bilateral, kista lutein sekunder. Pada tes ultrasonografi memberikan gambaran badai salju.
Sekitar 20% mola hidatidosa lengkap beresiko berkembang menjadi penyakit trofoblas persistent (persistent gestational trophoblastic disease – PGTD). Dalam hal ini, setelah evakuasi mola, kadar hCG tetap tinggi, atau terus meningkat, atau ada bukti metastasis.
Mola Hidatidosa Inkomplit (Parsial)
Mola hidatidosa parsial villi tersebar seperti anggur, ovum dibuahi oleh dua set kromosom haploid paternal. Hal ini dapat terjadi dengan dispermy ketika dua sperma membuahi ovum tunggal, atau ketika sperma diploid membuahi ovum, atau jika sperma hamploid membuahi ovum diploid.
Hasilnya dalah tripoloidi dengan 69 kromosom. Karena set kromosom ibu ada, janin berkembang, tetapi cacat, dan kehamilannjarang terjadi untuk jangka panjang. Hanya beberapa villi tampak seperti anggur. Kariokarsinoma adalah bentuk yang langka dari mola parsial.
Formasi struktur berisi cairan yang menyerupai sekelompok anggur tumbuh cukup besar untuk mengisi uterus. Struktur tersebut tumbuh dengan cepat sehingga uterus tampak membesar sesuai usia gestasi.
Penyebab pasti Mola hidatdosa belum diketahui, namun adapun faktor-faktor penyebab yang mungkin dikeluarkan yaitu:
Selain itu, dapat terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu janin tumbuuh dan yang lainnya menjadi molahidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. mola pasialis diketahui jika dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik, terlihat trias yang mencakup :
Mual dan muntah hebat, keletihan, malaise, anoreksia akibat anemia.
Objektif
Perdarahan vagina berwarna kecoklatan dari minggu keempat hingga trimester kedua, saluran vagina berisi sedikit vesikel hirdofik, anemia, pembesaran uterus lebih dari usia gestasi yang diperkirakan, tidak ada DJJ meskipun muncul tanda dan gejala kehamilan, kemungkinan gejala pre-eklamsia (jika kehamilan mola berlanjut hingga trimester kedua).
Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan yang dipilih adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.
Setelah evakuasi awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam.spesimennya dikirim secara terpisah ke laboratorium patologi.
Histerektomi
Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi menginginkan kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual sampai 3-5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.
Setelah pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan torsi atau perdarahan.
Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai negative.
Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun.
Biasanya diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah untuk metastase.
Pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hampir 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80% menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase keluar batas uterus.
Paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer chorionic gonadotropin yang persisten atau meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik gestasional meliputi perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan lesi perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.(*)
Definisi Mola Hidatidosa
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fertilisasi, namun terjadi proliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik.Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin, dan kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur . (Liliy Yulaikah. 2008 :90)
Mola Hidatidosa adalah perubahan abnormal dari vili korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, memperbesar uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG). (Persis Mary H. 1995: 104)
Mola hidatidosa adalah gangguan GTD (gestational trophoblastic disease) dimana pada gangguan ini, mekanisme yang mengendalikan jaringan trofoblastik mengalami kerusakan.
Sehingga menyebabkan vili korionik berkembang abnormal menjadi struktur berisi cairan yang menyerupai sekelompok anggur. (Carol J. Green , Judith M.Wilkinson. 2012 : 317)
Kesimpulan, Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG).
Klasifikasi Mola Hidatidosa
Klasifikasi mola hidatidosa berdasarkan ada atau tidaknya janin yaitu :Mola Hidatidosa Komplit (Klasik)
Mola Hidatidosa komplit terjadi ketika sel telur yang kurang lengkap dan dibuahi oleh sperma haploid, biasanya mengandung kromosom X. duplikasi kromosom ini biasanya menghasilkan kariotipe 46, XX yang berasal dari ayah.
Tidak ada janin yang berkembang, tetapi ada plasenta yang abnormal terdiri dari massa jaringan seperti anggur, villi chorionic menggembung atau bengkak.
Secara klinis, mola hidatidosa lengkap dicurigai pada pasien dengan uterus lebih besar dari yang diharapkan unutk usia kehamilan normal, terdapat pendarahan vagina, level hCG berulang-ulang dan meningkat nyata.
Preeklamsia trimester pertama (kehamilan terkait hipertensi) dan kadang-kadang sebuah pembesaran ovarium bilateral, kista lutein sekunder. Pada tes ultrasonografi memberikan gambaran badai salju.
Sekitar 20% mola hidatidosa lengkap beresiko berkembang menjadi penyakit trofoblas persistent (persistent gestational trophoblastic disease – PGTD). Dalam hal ini, setelah evakuasi mola, kadar hCG tetap tinggi, atau terus meningkat, atau ada bukti metastasis.
Mola Hidatidosa Inkomplit (Parsial)
Mola hidatidosa parsial villi tersebar seperti anggur, ovum dibuahi oleh dua set kromosom haploid paternal. Hal ini dapat terjadi dengan dispermy ketika dua sperma membuahi ovum tunggal, atau ketika sperma diploid membuahi ovum, atau jika sperma hamploid membuahi ovum diploid.
Hasilnya dalah tripoloidi dengan 69 kromosom. Karena set kromosom ibu ada, janin berkembang, tetapi cacat, dan kehamilannjarang terjadi untuk jangka panjang. Hanya beberapa villi tampak seperti anggur. Kariokarsinoma adalah bentuk yang langka dari mola parsial.
Etiologi Mola hidatidosa
Mola hidatidosa diyakini terjadi ketika kromosom abnormal mucul di dalam ovum dan/atau sperma. Akibatnya terjadi pertumbuhan abnormal pada trofoblas plasenta ; janin mungkin atau mungkin tidak berkembang.Formasi struktur berisi cairan yang menyerupai sekelompok anggur tumbuh cukup besar untuk mengisi uterus. Struktur tersebut tumbuh dengan cepat sehingga uterus tampak membesar sesuai usia gestasi.
Penyebab pasti Mola hidatdosa belum diketahui, namun adapun faktor-faktor penyebab yang mungkin dikeluarkan yaitu:
- Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat.
- Imunoselektif dari tropoblast: yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia.
- Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhin pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
- Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya,sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa. Ibu dengan umur di ats 45 tahun.
- Kekurangan protein:sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.
- Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
Patofisiologi Mola hidatidosa
Jonjot-jonjot korion yang tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil seoerti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik, kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.Selain itu, dapat terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu janin tumbuuh dan yang lainnya menjadi molahidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. mola pasialis diketahui jika dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik, terlihat trias yang mencakup :
- Proliferasi dari trofoblas.
- Degenerasi hidropik dan stroma vili dan kesembaban
- Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Manifestasi Klinis Mola hidatidosa
Menurut Wiknjosastro, 2000. Manifestasi klinik dari kehamilan mola Hidatidosa adalah :- Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan peningkatan pada hCG.
- Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus iminen tetapi gejala mual muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti pre eklamsi.
- Pemeriksaan USG, akan menunjukkan gambar seperti sarang tawon tanpa disertai danya janin.
- Diagnosa pasti, adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan ataupun biopsy.
Tanda dan Gejala Mola hidatidosa
SubjektifMual dan muntah hebat, keletihan, malaise, anoreksia akibat anemia.
Objektif
Perdarahan vagina berwarna kecoklatan dari minggu keempat hingga trimester kedua, saluran vagina berisi sedikit vesikel hirdofik, anemia, pembesaran uterus lebih dari usia gestasi yang diperkirakan, tidak ada DJJ meskipun muncul tanda dan gejala kehamilan, kemungkinan gejala pre-eklamsia (jika kehamilan mola berlanjut hingga trimester kedua).
Komplikasi Mola hidatidosa
- Syok hipovolemik akibat perdarahan hebat dapat terjadi jika tidak segera di tangani, bahkan dapat berakibat fatal bagi sang ibu.
- Anemia terjadi karena terjadinya perdarahan yang berulang.
- Infeksi sekunder.
- Perforasi akibat terjadinya keganasan dan tindakan.
- Pada 18 – 20% kasus dapat menyebabkan keganasan seperti mola destruens atau kariokarsinoma.
Penatalaksanaan Mola hidatidosa
Kuretase isap (suction curettage)Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan yang dipilih adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.
Setelah evakuasi awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam.spesimennya dikirim secara terpisah ke laboratorium patologi.
Histerektomi
Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi menginginkan kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual sampai 3-5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.
Setelah pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan torsi atau perdarahan.
Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai negative.
Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun.
Biasanya diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah untuk metastase.
Pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hampir 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80% menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase keluar batas uterus.
Paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer chorionic gonadotropin yang persisten atau meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik gestasional meliputi perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan lesi perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.(*)
Demikianlah Artikel LP Mola Hidatidosa
Sekianlah artikel LP Mola Hidatidosa kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel LP Mola Hidatidosa dengan alamat link https://tugasbidancantik.blogspot.com/2020/07/lp-mola-hidatidosa.html
Loading...
0 Response to "LP Mola Hidatidosa"
Post a Comment